02/10/2020
Malam itu, aku menjadi saksi atas kebaikan Allah yang
mengabulkan sebuah doa sepele yaitu Milan menang lawan Rio Ave di pertandingan
kualifikasi terakhir sebelum masuk ke fase grup. Bukan pertandingan besar
memang, namun bagi sebuah klub yang dalam 8 tahun terakhir terpuruk karena tak
mampu menembus 4 besar, lagi ini tentu sangat penting bagi AC Milan dan seluruh
tifosinya.
Jika saja di laga ini kalah, mungkin kita (AC Milan dan
seluruh tifosinya) akan kena bully habis-habisan selama 1 musim (12 bulan) kedepan. Ketika orang lain
berterima kasih kepada Donnaruma yang melakukan penyelamatan penting di akhir
laga, aku memaknai lagi ini sebagai kebaikan yang Allah berikan atas secuil doa
yang kuucap pada dini hari itu.
Jadi, begini cerita dibalik jalannya laga semalam..
Pertandingan yang digelar di Estadio Dos Arcos, Portugal ini
Milan bertandang ke markas Rio Ave untuk melakoni laga hidup mati sebelum masuk
ke babak grup Liga Eropa. Bagi kedua tim, laga ini tentu sangat penting,
terlebih karena pemenang sudah dijanjikan mendapat kucuran dana sebesar 15 juta
euro dari panitia.
Bagi Milan sendiri nominal itu sangat berarti untuk mencari
tambahan amunisi baru jika harus bermain di 3 kompetisi, nama terpanas yang
belakangan dikaitkan dengan Milan adalah Bakayoko, Chiesa, Tomiyasu dan Luca
Jovic. Nama-nama tersebut sudah dipastikan tidak akan bergabung apabila Milan
kalah di laga ini. Bukan hanya dananya yang penting, tapi meskipun dihantam
badai cedera dan beberapa pemain terinfeksi corona, namun squad saat ini dirasa
sudah cukup untuk sekedar bermain di 2 kompetisi setelah masuknya Brahim Diaz,
Kalulu, Tonali dan Tatarusanu.
Jalannya laga, di babak pertama Rio Ave memang bermain lebih
bagus karena menguasai penguasaan bola sebesar 59% dibanding Milan yang hanya
41%. Namun justru di awal babak kedua Milan berhasil memecah kebuntuan di menit
51 melalui sepakan Alexis Saelemakers.
Sempat merasa diatas angin, namun semua berubah semenjak
tendangan Geraldes menembus jala gawang Donnaruma pada menit ke 72. Play on! Kedua
tim kembali sama kuat dan jual beli serangan sudah berjalan lebih berimbang
pada babak kedua.
Karena skor imbang dan harus ada salah satu tim yang gugur,
maka dilanjutkanlah dengan 2x15 menit babak perpanjangan waktu. Baru 1 menit
wasit meniup peluit kick off, Milan kembali kecolongan lewat sepakan kaki kiri
Gelson Dala yang membuan Donnaruma tak bisa berkutik. Skor 2-1 untuk Rio Ave
dan semua pemain Milan pun mulai panik dengan menggempur habis-habisan
pertahanan Rio Ave.
Aku sendiripun sudah pasrah atas kekalahan ini, 4 menit
jelang laga berakhir aku putuskan untuk solat subuh dan segera tidur dan
menyiapkan hati dari segala rasa kecewa apabila Milan memang benar-benar kalah.
Waktu itu aku berpikir, Milan boleh saja kalah tapi aku tak mau kalah juga
dengan menunda subuh ku. Akhirnya aku solat subuh dan selepasnya hanya mengucap
sebuah doa yang kurang lebih meminta supaya Milan bisa menyamakan kedudukan dan
di lanjutkan ke babak adu pinalti. Setelah adu pinalti aku serahkan kepadaMu ya
Allah bagaimana kelanjutannya nanti.
Dan BOOM, setelah sarung dan sajadah kulipat dan kuarahkan
pandangan ke layar HP yang sudah masuk menit ke 120 (kurang 1 menit dari peluit
akhir dibunyikan), tampilan layar menunjukkan wasit mengeluarkan kartu merah
untuk lawan dengan latar area pertahanan lawan. Akupun bertanya-tanya, apakah
kita dapat pinalty? Dan YA! Calhanoglu sudah memegang bola tepat di titik 12
pas. WHAT A MIRACLE! Doaku langsung diijabah saat itu juga! Allahu Akbar.
Hasilnya tentu kita tau, pinalty berhasil masuk dan wasit
langsung meniup peluit akhir pertanda kedua tim harus melanjutkan ke babak adu
pinalty. Setelah masuk ke penendang kedua, sepertinya saya harus berdoa lagi
untuk kemenangan Milan.
Tibalah ke penendang ke 8, Lorenzo Colombo seorang bocah 18
tahun mengambil eksekusi pinalti. Boom, bola gagal masuk dan melambung tinggi
di atas mistar gawang. Ah, mungkin inilah saatnya Milan kalah. Di penendang
penentuan dari Rio Ave ternyata penendang mereka juga gagal dengan hanya
membentur tiang kanan gawang lalu lari ke tiang kiri tanpa melewati garis
gawang, Alhamdulillah kita masih bisa bernafas.
Lanjut ke penendang ke 10, kali ini Donnaruma yang menjadi
eksekutor, bisakah seorang kiper mencetak gol pinalti? Dan Boom, lagi-lagi
pemain Milan gagal, tendangan Donnaruma kembali melambung ke atas mistar
gawang. Selanjutnya apabila tendangan pemain Rio Ave masuk maka pudarlah mimpi
Milan bermain di Europa League. Lalu, penendang sisi lawan juga merupakan seorang kiper dan
juga sama melambung ke atas mistar gawang, padahal Donnaruma sudah bergerak ke
arah yang salah. Keberuntungan macam apa lagi ini haha.
Penendang ke 11 kali ini Bennacer, yang di kesempatan
pertama berhasil menjebol gawang kiper lawan di arah kiri gawang, namun di
tendangan kedua tendangannya yang mengarah ke sisi yang sama sudah berhasil
ditepis kiper, Lagi-lagi beruntung bagi Milan karena penendang Rio Ave kembali
gagal karena tendangannya menghantam tiang kiri gawang.
Terhitung sudah 4 kali Milan diselamatkan oleh Dewi Fortuna
dari kekalahan. Sebuah laga yang akan menjadi senam jantung bagi siapapun yang
menontonnya.
Last kick, kali ini penendan ke 12 adalah Simon Kjaer yang
berhasil mengeksekusi tendangan dengan baik. Lalu disinilah moment senam
jantung berhenti dan berganti dengan euforia seluruh pemain, staff dan para
tifosi Milan ditandai dengan berhasilnya Donnaruma menepis tendangan terakhir
pemain Rio Ave pada malam ini.
Milan kali ini memang beda, dengan squad seadanya, kita
bahkan sudah melalui 17 match di semua kompetisi tanpa melalui sebuah kekalahan
sekalipun, sebuah rekor yang terkhir terjadi pada squad bintang Milan di tahun
2002 di bawah pelatih Carlo Anchelotti.
Liga Europa kami datang!
Terima Kasih YA ALLAH sudah menjawab doa-doa ku. Hari ini
aku benar-benar bersyukur bisa merasakan sedekat ini denganNya.