RSS
Facebook
Twitter

Kamis, 11 Agustus 2016

Sebagai mahasiswa yang tergabung dalam organisasi kepenilitian kami sangat suka mengikuti event LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) baik yang diselenggarakan pemerintahan maupun organisasi kampus.

Dengan mengikuti LKTI ini kami memperoleh banyak manfaat diantaranya : Jalan-jalan gratis ke kampus tetangga (saat menjadi mahasiswa kita bisa lomba dengan didanai kampus), berkenalan dengan mahasiswa se-hobi (menulis) dari kampus lain, mengunjungi tempat wisata di sekitar kampus penyelenggara (biasanya masih dalam serangkaian lomba) atau bahkan mempunyai kesempatan yang sama untuk memperebutkan gelar juara dalam ajang lomba tersebut.

Saya pribadi pun beberapa kali pernah mengikuti LKTI di luar kampus, diantaranya di Surabaya, Malang, Makassar, Pontianak, Riau, Jakarta, Banten dan beberapa kota lainnya.

Kesempatan sama? Benarkah demikian?
Dalam penyelenggaraan LKTI panitia tentu berhak menentukan aturan atau krieria pemenang seperti apa yang harus dipenuhi untuk bisa dinobatkan menjadi pemenang. Termasuk juga susunan acara dan juga pemilihan juri.

Pada tulisan ini, yang ingin saya soroti adalah pada event LKTI yang diselenggarakan oleh organisasi kampus karena tak jarang juri yang datang adalah dari dosen di kampus sendiri.

Sebagai seorang juri sudah seharusnya dituntut untuk bisa profesial dalam memberikan penilaian dan tidak berat sebelah termasuk itu memberikan penilaian kepada mahasiswa sendiri atau mehasiswa dari kampus lain.

Beberapa pengalaman saya, juri terkadang menyisipkan mahasiswanya untuk menjuarai di event dimana mereka sendiri yang menjadi jurinya.

Apakah memang kebetulan?
Lebih baik kita berprasangka baik saja bahwa juri tersebut sudah bertindak profesional dengan menjadikan mahasiswa itu menjadi juara benar-benar karena kualitas mereka yang baik dan tidak ada ikut campur ikatan almamater atau lainnya.

Tapi jika kita telisik lebih dalam lagi, mana mungkin ada bapak yang membiarkan anaknya kalah. Apalagi orang Indonesia terkenal dengan sifat solidaritasnya yang begitu tinggi. Kembali lagi, mari kita berprasangka baik saja.

Apa yang bisa diperbaiki?
Beberapa hal yang mungkin bisa mengurangi kejangggalan-kejanggalan ini diantaranya sebaiknya pemilihan juri memang harus netral dan tidak ada sangkut paut apapun dengan peserta lomba, atau jika memang tidak ada harus ditekankan kepada juri untuk memberikan penilaian secara netral.
Atau jika memang tidak ada yang bisa diperbaiki lebih baik mengikuti event lomba yang diselenggarakan oleh pemerintahan saja, karena jurinya sudah pasti netral, atau?


Mari kita berprasangka baik.

0 komentar:

Posting Komentar