Sebagai mahasiswa yang tergabung dalam organisasi
kepenilitian kami sangat suka mengikuti event LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah)
baik yang diselenggarakan pemerintahan maupun organisasi kampus.
Dengan mengikuti LKTI ini kami memperoleh banyak manfaat
diantaranya : Jalan-jalan gratis ke kampus tetangga (saat menjadi mahasiswa
kita bisa lomba dengan didanai kampus), berkenalan dengan mahasiswa se-hobi
(menulis) dari kampus lain, mengunjungi tempat wisata di sekitar kampus
penyelenggara (biasanya masih dalam serangkaian lomba) atau bahkan mempunyai
kesempatan yang sama untuk memperebutkan gelar juara dalam ajang lomba
tersebut.
Saya pribadi pun beberapa kali pernah mengikuti LKTI di luar
kampus, diantaranya di Surabaya, Malang, Makassar, Pontianak, Riau, Jakarta,
Banten dan beberapa kota lainnya.
Kesempatan sama?
Benarkah demikian?
Dalam penyelenggaraan LKTI panitia tentu berhak menentukan
aturan atau krieria pemenang seperti apa yang harus dipenuhi untuk bisa
dinobatkan menjadi pemenang. Termasuk juga susunan acara dan juga pemilihan
juri.
Pada tulisan ini, yang ingin saya soroti adalah pada event
LKTI yang diselenggarakan oleh organisasi kampus karena tak jarang juri yang
datang adalah dari dosen di kampus sendiri.
Sebagai seorang juri sudah seharusnya dituntut untuk bisa
profesial dalam memberikan penilaian dan tidak berat sebelah termasuk itu
memberikan penilaian kepada mahasiswa sendiri atau mehasiswa dari kampus lain.
Beberapa pengalaman saya, juri terkadang menyisipkan
mahasiswanya untuk menjuarai di event dimana mereka sendiri yang menjadi
jurinya.
Apakah memang
kebetulan?
Lebih baik kita berprasangka baik saja bahwa juri tersebut
sudah bertindak profesional dengan menjadikan mahasiswa itu menjadi juara
benar-benar karena kualitas mereka yang baik dan tidak ada ikut campur ikatan
almamater atau lainnya.
Tapi jika kita telisik lebih dalam lagi, mana mungkin ada
bapak yang membiarkan anaknya kalah. Apalagi orang Indonesia terkenal dengan
sifat solidaritasnya yang begitu tinggi. Kembali lagi, mari kita berprasangka
baik saja.
Apa yang bisa
diperbaiki?
Beberapa hal yang mungkin bisa mengurangi
kejangggalan-kejanggalan ini diantaranya sebaiknya pemilihan juri memang harus
netral dan tidak ada sangkut paut apapun dengan peserta lomba, atau jika memang
tidak ada harus ditekankan kepada juri untuk memberikan penilaian secara
netral.
Atau jika memang tidak ada yang bisa diperbaiki lebih baik
mengikuti event lomba yang diselenggarakan oleh pemerintahan saja, karena
jurinya sudah pasti netral, atau?
Mari kita berprasangka baik.




0 komentar:
Posting Komentar