RSS
Facebook
Twitter

Jumat, 17 Agustus 2018


Menjadi aktifis kampus adalah sebuah pilihan, passion dan panggilan hati. Apalagi ketika di akhir masa perkuliahan masih menjabat di kepengurusan organisasi kampus. Ketika kawan seangkatan lain sibuk mempersiapkan skripsi dan sabar menunggu kehadiran dosen pembimping. Kita para aktifis kampus justru malah masih sibuk menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk kepentingan orang banyak, hingga tak jarang sebagian mahasiswa tingkat akhir harus merelakan wisuda di tahun selanjutnya.

Banyak organisasi kampus yang tersedia di kampus diantaranya di bidang penalaran, minat bakat, pengabdian masyarakat atau menjadi aktifis BEM yang terkenal oraganisasi yang paling dekat dengan birokrat. Semuanya dilakukan tak jarang berdasarkan mengejar kepentingan tertentu atau sekedar hubungan kekeluargaan yang tinggi sehingga enggan untuk meninggalkan organisasi yang dicintainya sejak menjadi maba dulu.

“Kuliah dan Berorganisasi adalah sama-sama melakukan kebaikan, jadi mana mungkin 2 kebaikan yang dilakukan bersamaan justru akan menghambat studi”
Disisi lain, beberapa aktifis kampus yang berorganisasi di akhir masa studi juga ada yang masih sanggup lulus tepat waktu. Karena benar adanya, jangan jadikan berorganisasi menjadi alasan terlambat lulus karena itu mungkin hanya alasan untuk menutupi kemalasan kita.

Namun, tidak juga semua yang terlambat sidang skripsinya karena faktor kemalasan atau kesibukan. Ada juga yang memang skripsi yang diambilnya tergolong tema yang belum terlalu dikuasainya sehingga perlu pembelajaran yang lebih mendalam an waktu yang lebih paanjang untuk mengerjakan skripsi.

Selain itu, ada juga yang terlambat karena dosen pembimbing sulit ditemui atau seperti kami mahasiwa teknik yang terkadang dosennya mempunyai permintaan aneh-aneh dalam penyusunan skripsi mahasiswanya. Lantas bagaimana jika mengalami keduanya? Tema skripsi yang sulit ditambah dosen pembimbing yang sulit ditemui?

“Manajemen Waktu adalah kuncinya”
Sudah sejatinya menjadi aktifis kampus itu harus mempunyai manajemen waktu yang sangat baik karena tentu saja hampir sebagian besar waktunya dihabiskan untuk rapat dan mengurusi kepentinggan banyak orang.

Ketika orang lain menghabiskan waktu senggangnya dengan mengejar berbagai hobi mereka, nongkrong bersama kawan atau sekedar bermalas-malasan di kos mereka, kita para aktifis kampus justru menikmati bersusah payah, berkeringat demi bahkan tak jarang harus merelakan sebagian uang jajan kita untuk berkontribusi melalui organisasi yang sangat kita banggakan ini.

Memang menjadi mahasiswa adalah kesempatan yang langka, karena tak semua pemuda bisa mencicipi hal ini. Jadi bagi sebagian mahasiswa, kesempatan ini adalah hal paling berharga yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, salah satunya melalui berorganisasi, aktif mengabdi di masyarakat, mengikuti pertukaran atau kompetisi antar mahasiswa.

“Lulus terlambat boleh jika kita kuliah sambil kerja”
Dilema memang, jika kawan SMA sudah banyak yang mampu bekerja dan menghasilkan uang sendiri. Kita para aktifis kampus justru sibuk mengurusi kepentingan orang banyak yang tak jarang memakan uang jajan yang diberikan orang tua atau dari beasiswa yang tak jarang masih saja belum mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Maka dari itu, tak banyak mahasiswa yang kuliah sambil bekerja diantaranya dengan berjualan, mengajar les atau menjadi tentor ekstrakulikuler yang bagi sebagian sekolah tak mensyaratkan ijazah untuk mengisi beberapa profesi tersebut.

Softskill yang kami peroleh di organisasi memang terkadang menjadi pendorong untuk kami dengan mudah mengisi kekosongan pekerjaan sampingan tersebut. Namun, namanya pekerjaan sampingan, timbal balik yang dihasilkan dari kerja keras tersebut terkadang belum mencukupi kehidupan sehari-hari. Terkadang hal ini juga yang membuat skripsi kita, para mahasiswa semester akhir menjadi sedikit terhambat. Namun inilah usaha kita untuk memaknai setiap waktu yang kita miliki walau tak semua orang bisa menghargainya. 

“Pulang segan, tak pulang rindu”
Kebanyakan organisasi kampus menitik beratkan akhir pekan menjadi puncak kegiatannya. Padahal akhir pekan adalah waktu paling tepat bagi para mahasiswa luar kota untuk sejenak kembali ke kampung halaman. Hal inilah yang tak jarang membuat para aktifis harus menahan rindu sejenak untuk tak gampang pulang seminggu sekali karena ada hal yang lebih penting untuk diperjuangkan selama menjadi mahasiswa.

Disisi lain, sebagian mahasiswa malah sengaja tak mau pulang karena takut menghadapi kemalasannya mengerjakan skripsi. Karena dilingkungan rumah, pasti banyak yang menanyakan skripsi sudah sampai mana? Kapan wisuda? Yang justru membuat sebagian mahasiswa tertekan.

Untuk mangatasi itu, sudah sepatunya waktu 24 jam harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk mengerjakan skripsi. Supaya pertanyaan-pertenyaan itu segera bisa kita balas menjadi senyuman dengan mengenakan toga wisuda.

“Stop Katakan Kapan Wisuda”
Mahasiswa adalah kesempatan berharga yang sangat bangga kami bisa raih. Maka dari itu, ada hal yang ingin kita raih sebelum melewati masa-masa berharga ini. Kami tau, masa ini harus segera dilalui. Namun percayalah, segala usaha maksimal telah kami lakukan. Kami tentu sudah punya rencana kapan akan meninggalkan masa-masa ini. Siapapun kamu, doakan kami agar terus berjuang untuk urusan kami sendiri dan juga kepentingan banyak orang. Karena wisuda bukanlah tujuan utama. Namun tujuan utama kami adalah berkontribusi dan berbakti untuk negeri ini.

0 komentar:

Posting Komentar