Menjadi
aktifis kampus adalah sebuah pilihan, passion dan panggilan hati. Apalagi
ketika di akhir masa perkuliahan masih menjabat di kepengurusan organisasi
kampus. Ketika kawan seangkatan lain sibuk mempersiapkan skripsi dan sabar
menunggu kehadiran dosen pembimping. Kita para aktifis kampus justru malah
masih sibuk menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk kepentingan orang banyak,
hingga tak jarang sebagian mahasiswa tingkat akhir harus merelakan wisuda di
tahun selanjutnya.
Banyak
organisasi kampus yang tersedia di kampus diantaranya di bidang penalaran,
minat bakat, pengabdian masyarakat atau menjadi aktifis BEM yang terkenal
oraganisasi yang paling dekat dengan birokrat. Semuanya dilakukan tak jarang
berdasarkan mengejar kepentingan tertentu atau sekedar hubungan kekeluargaan
yang tinggi sehingga enggan untuk meninggalkan organisasi yang dicintainya
sejak menjadi maba dulu.
“Kuliah
dan Berorganisasi adalah sama-sama melakukan kebaikan, jadi mana mungkin 2
kebaikan yang dilakukan bersamaan justru akan menghambat studi”
Disisi
lain, beberapa aktifis kampus yang berorganisasi di akhir masa studi juga ada
yang masih sanggup lulus tepat waktu. Karena benar adanya, jangan jadikan
berorganisasi menjadi alasan terlambat lulus karena itu mungkin hanya alasan
untuk menutupi kemalasan kita.
Namun,
tidak juga semua yang terlambat sidang skripsinya karena faktor kemalasan atau
kesibukan. Ada juga yang memang skripsi yang diambilnya tergolong tema yang
belum terlalu dikuasainya sehingga perlu pembelajaran yang lebih mendalam an
waktu yang lebih paanjang untuk mengerjakan skripsi.
Selain
itu, ada juga yang terlambat karena dosen pembimbing sulit ditemui atau seperti
kami mahasiwa teknik yang terkadang dosennya mempunyai permintaan aneh-aneh
dalam penyusunan skripsi mahasiswanya. Lantas bagaimana jika mengalami keduanya?
Tema skripsi yang sulit ditambah dosen pembimbing yang sulit ditemui?
“Manajemen
Waktu adalah kuncinya”
Sudah
sejatinya menjadi aktifis kampus itu harus mempunyai manajemen waktu yang
sangat baik karena tentu saja hampir sebagian besar waktunya dihabiskan untuk
rapat dan mengurusi kepentinggan banyak orang.
Ketika
orang lain menghabiskan waktu senggangnya dengan mengejar berbagai hobi mereka,
nongkrong bersama kawan atau sekedar bermalas-malasan di kos mereka, kita para
aktifis kampus justru menikmati bersusah payah, berkeringat demi bahkan tak
jarang harus merelakan sebagian uang jajan kita untuk berkontribusi melalui
organisasi yang sangat kita banggakan ini.
Memang
menjadi mahasiswa adalah kesempatan yang langka, karena tak semua pemuda bisa
mencicipi hal ini. Jadi bagi sebagian mahasiswa, kesempatan ini adalah hal
paling berharga yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, salah satunya melalui
berorganisasi, aktif mengabdi di masyarakat, mengikuti pertukaran atau
kompetisi antar mahasiswa.
“Lulus
terlambat boleh jika kita kuliah sambil kerja”
Dilema
memang, jika kawan SMA sudah banyak yang mampu bekerja dan menghasilkan uang
sendiri. Kita para aktifis kampus justru sibuk mengurusi kepentingan orang
banyak yang tak jarang memakan uang jajan yang diberikan orang tua atau dari
beasiswa yang tak jarang masih saja belum mampu mencukupi kebutuhan
sehari-hari.
Maka
dari itu, tak banyak mahasiswa yang kuliah sambil bekerja diantaranya dengan
berjualan, mengajar les atau menjadi tentor ekstrakulikuler yang bagi sebagian
sekolah tak mensyaratkan ijazah untuk mengisi beberapa profesi tersebut.
Softskill
yang kami peroleh di organisasi memang terkadang menjadi pendorong untuk kami
dengan mudah mengisi kekosongan pekerjaan sampingan tersebut. Namun, namanya
pekerjaan sampingan, timbal balik yang dihasilkan dari kerja keras tersebut
terkadang belum mencukupi kehidupan sehari-hari. Terkadang hal ini juga yang
membuat skripsi kita, para mahasiswa semester akhir menjadi sedikit terhambat.
Namun inilah usaha kita untuk memaknai setiap waktu yang kita miliki walau tak
semua orang bisa menghargainya.
“Pulang
segan, tak pulang rindu”
Kebanyakan
organisasi kampus menitik beratkan akhir pekan menjadi puncak kegiatannya.
Padahal akhir pekan adalah waktu paling tepat bagi para mahasiswa luar kota
untuk sejenak kembali ke kampung halaman. Hal inilah yang tak jarang membuat
para aktifis harus menahan rindu sejenak untuk tak gampang pulang seminggu
sekali karena ada hal yang lebih penting untuk diperjuangkan selama menjadi
mahasiswa.
Disisi
lain, sebagian mahasiswa malah sengaja tak mau pulang karena takut menghadapi
kemalasannya mengerjakan skripsi. Karena dilingkungan rumah, pasti banyak yang
menanyakan skripsi sudah sampai mana? Kapan wisuda? Yang justru membuat
sebagian mahasiswa tertekan.
Untuk
mangatasi itu, sudah sepatunya waktu 24 jam harus dimanfaatkan sebaik mungkin
untuk mengerjakan skripsi. Supaya pertanyaan-pertenyaan itu segera bisa kita
balas menjadi senyuman dengan mengenakan toga wisuda.
“Stop
Katakan Kapan Wisuda”
Mahasiswa
adalah kesempatan berharga yang sangat bangga kami bisa raih. Maka dari itu,
ada hal yang ingin kita raih sebelum melewati masa-masa berharga ini. Kami tau,
masa ini harus segera dilalui. Namun percayalah, segala usaha maksimal telah
kami lakukan. Kami tentu sudah punya rencana kapan akan meninggalkan masa-masa
ini. Siapapun kamu, doakan kami agar terus berjuang untuk urusan kami sendiri
dan juga kepentingan banyak orang. Karena wisuda bukanlah tujuan utama. Namun
tujuan utama kami adalah berkontribusi dan berbakti untuk negeri ini.



0 komentar:
Posting Komentar