Masih tentang bernostalgia untuk mengisi waktu luang dimasa
pandemi Covid-19 yang membuat kita dipaksa #dirumahaja. Kali ini saya ingin
kembali menuangkan isi hati mengenai catur dan melukis. 2 hal lain selain sepak
bola yang mampu mengubah hidup saya.
Handi kecil adalah bocah pemalu yang tak berani coba-coba.
Terus terang saya belajar catur awalnya dari mengamati orang saja bagaimana
pion, benteng, kuda dll bergerak. Namun ada 1 kejadian yang benar-benar
mengubah dan meningkatkan 89% kemampuan saya bermain catur yaitu ketika diberi
tahu oleh Pakde Kus mengenai trik mengalahkan lawan hanya dengan 4 kali gerakan
(Kalau ingin tahu caranya membuat skakmat lawan hanya dari beberapa langkah
bisa dilihat DISINI).
Dari ajaran itu saya berhasil mengalahkan lebih dari 80%
lawan saya ketika lomba catur tingkat RT. Sisanya adalah improvisasi bahwa
catur memang permainan strategi, kita harus mampu merencanakan 3 sampai 4
langkah kedepan bagaimana cara men-skakmat raja dan juga harus memprediksi 3
sampai 4 langkah gerakan lawan yang akan men-skakmat kita. Kelemahan saya
adalah saya selalu terburu-buru ingin menskakmat lawan hingga tidak
memperdulikan gerakan lawan. Misal saya sudah menemukan cara menskakmat dengan
4 langkah, namun karena terlalu bersemangat hingga tanpa saya sadari saya dulu
lah yang terkena skakmat hanya dari 3 langkah. Namun, sebagai pemula saya cukup
bangga karena waktu itu setidaknya saya selalu masuk 3 besar dalam lomba catur
tingkat RT selama 3 tahun berturut-turut sebelum lomba catur benar-benar
dihapuskan karena tak ada warga yang punya papan catur.
Berlanjut ke melukis, sebenarnya saya juga tak begitu
berbakat melukis. Namun satu hal yang mengubah hidup saya adalah ketika Pakde
Him mengajarkan teknik melukis dan mewarnai dengan menggunakan crayon. Lukisan
saya tak begitu bagus namun saya hanya tau cara mewarnai dengan crayon yang
waktu itu menggunakan teknik gradasi.
Dari melukis saya banyak sekali mendapat penghargaan, dari tingkat RT,
tingkat dabin iv dan tingkat kabupaten juga pernah. Bahkan puncaknya saya
pernah mewakili kota Demak dalam porseni tingkat Jawa Tengah. Sebelum mewakili,
itu saya menjadi juara 2 tingkat kabupaten Demak. Seperti yang saya bilang
diawal tadi, saya tak punya bakat melukis, hanya tau trik mewarnai yang bagus
saja. Dalam waktu durasi melukis selama 2 jam itu, si juara 1 tadi
menyelesaikan lukisannya dalam waktu 45 menit + 10 menit menebali menggunakan
spidol dan sisanya digunakan untuk mewarnai. Sedangkan saya perlu menghabiskan
1 jam 30 menit untuk menggambar dan 30 menit untuk mewarnai, hal ini yang
membuat saya minder dan menyadari bahwa saya memang tidak berbakat. Maka dari
itu, meskipun telah banyak memberi saya gelar juara, saya tak begitu mau men-seriusi
melukis dan beruntung di masa kuliah saya bisa menemukan kegiatan lain yaitu
“menulis” yang bisa menjadi ladang selanjutnya dalam menambah koleksi piagam
penghargaan.
Sedikit mundur kebelakang mengenai bahasa inggris, juga
Pakde Him yang mengenalkan saya dengan bahasa inggris. Metode yang diajarkan
cukup simple, hanya mengajari Grammar dan disuruh menghafal 5 kata irregular setiap
les sore sehingga membuat saya menjadi siswa paling menonjol di kelas mengenai
pelajaran bahasa inggris saat itu. Sebagai gambaran setiap ulangan saya bisa
mendapat nilai 70-80, tidak terlalu tinggi memang, namun tetap menjadi siswa
yang paling diingat guru karena teman-teman lain rata-rata hanya mendapat nilai
40-50. Memang bukan saya yang terlalu pintar, hanya kebetulan diwaktu SMP itu
teman-teman saya yang lain tak begitu memfokuskan bahasa inggris sebagai mata
pelajaran yang diseriusi, mungkin salah satu alasannya karena bahasa inggris
tak masuk dalam maple Ujian Nasional. Jujur, saya sebenarnya tidak 100%
memahami Grammar, saya hanya mengandalkan intuisi saja yang membuat ilmu itu
terus memudar seiring berjalannya waktu. Terutama diwaktu akhir-akhir masa SMA
yang terus terang saya mulai malas belajar untuk UN. Namun beruntungnya saya masih
punya semangat untuk membelajari soal-soal SNMPTN sehingga waktu itu Alhamdulillah
saya masih bisa masuk PTN.
Agak meloncat-loncat memang, saya tak pernah menseriusi 1
bidang pasti untuk didalami sehingga semua ilmu yang saya punya hanya
setengah-setengah saja. Namun dari kesemuanya itu adalah sekian sedikit hal
yang bisa membuat survive dan merasa berguna. Untuk itu, kalian harus tetap
berusaha menemukan apa yang membuat kalian merasa berguna. Jangan pernah lelah
untuk mencoba seperti kata Pak Habibie, “Setiap orang punya jatah gagal,
habiskan jatah gagalmu sewaktu muda, agar kamu bisa meraih kesuksesan secepat
mungkin”.



0 komentar:
Posting Komentar