RSS
Facebook
Twitter

Kamis, 21 Mei 2020

Catur, Melukis dan Bahasa Inggris



Masih tentang bernostalgia untuk mengisi waktu luang dimasa pandemi Covid-19 yang membuat kita dipaksa #dirumahaja. Kali ini saya ingin kembali menuangkan isi hati mengenai catur dan melukis. 2 hal lain selain sepak bola yang mampu mengubah hidup saya.

Handi kecil adalah bocah pemalu yang tak berani coba-coba. Terus terang saya belajar catur awalnya dari mengamati orang saja bagaimana pion, benteng, kuda dll bergerak. Namun ada 1 kejadian yang benar-benar mengubah dan meningkatkan 89% kemampuan saya bermain catur yaitu ketika diberi tahu oleh Pakde Kus mengenai trik mengalahkan lawan hanya dengan 4 kali gerakan (Kalau ingin tahu caranya membuat skakmat lawan hanya dari beberapa langkah bisa dilihat DISINI).

Dari ajaran itu saya berhasil mengalahkan lebih dari 80% lawan saya ketika lomba catur tingkat RT. Sisanya adalah improvisasi bahwa catur memang permainan strategi, kita harus mampu merencanakan 3 sampai 4 langkah kedepan bagaimana cara men-skakmat raja dan juga harus memprediksi 3 sampai 4 langkah gerakan lawan yang akan men-skakmat kita. Kelemahan saya adalah saya selalu terburu-buru ingin menskakmat lawan hingga tidak memperdulikan gerakan lawan. Misal saya sudah menemukan cara menskakmat dengan 4 langkah, namun karena terlalu bersemangat hingga tanpa saya sadari saya dulu lah yang terkena skakmat hanya dari 3 langkah. Namun, sebagai pemula saya cukup bangga karena waktu itu setidaknya saya selalu masuk 3 besar dalam lomba catur tingkat RT selama 3 tahun berturut-turut sebelum lomba catur benar-benar dihapuskan karena tak ada warga yang punya papan catur.

Berlanjut ke melukis, sebenarnya saya juga tak begitu berbakat melukis. Namun satu hal yang mengubah hidup saya adalah ketika Pakde Him mengajarkan teknik melukis dan mewarnai dengan menggunakan crayon. Lukisan saya tak begitu bagus namun saya hanya tau cara mewarnai dengan crayon yang waktu itu menggunakan teknik gradasi.  Dari melukis saya banyak sekali mendapat penghargaan, dari tingkat RT, tingkat dabin iv dan tingkat kabupaten juga pernah. Bahkan puncaknya saya pernah mewakili kota Demak dalam porseni tingkat Jawa Tengah. Sebelum mewakili, itu saya menjadi juara 2 tingkat kabupaten Demak. Seperti yang saya bilang diawal tadi, saya tak punya bakat melukis, hanya tau trik mewarnai yang bagus saja. Dalam waktu durasi melukis selama 2 jam itu, si juara 1 tadi menyelesaikan lukisannya dalam waktu 45 menit + 10 menit menebali menggunakan spidol dan sisanya digunakan untuk mewarnai. Sedangkan saya perlu menghabiskan 1 jam 30 menit untuk menggambar dan 30 menit untuk mewarnai, hal ini yang membuat saya minder dan menyadari bahwa saya memang tidak berbakat. Maka dari itu, meskipun telah banyak memberi saya gelar juara, saya tak begitu mau men-seriusi melukis dan beruntung di masa kuliah saya bisa menemukan kegiatan lain yaitu “menulis” yang bisa menjadi ladang selanjutnya dalam menambah koleksi piagam penghargaan.

Sedikit mundur kebelakang mengenai bahasa inggris, juga Pakde Him yang mengenalkan saya dengan bahasa inggris. Metode yang diajarkan cukup simple, hanya mengajari Grammar dan disuruh menghafal 5 kata irregular setiap les sore sehingga membuat saya menjadi siswa paling menonjol di kelas mengenai pelajaran bahasa inggris saat itu. Sebagai gambaran setiap ulangan saya bisa mendapat nilai 70-80, tidak terlalu tinggi memang, namun tetap menjadi siswa yang paling diingat guru karena teman-teman lain rata-rata hanya mendapat nilai 40-50. Memang bukan saya yang terlalu pintar, hanya kebetulan diwaktu SMP itu teman-teman saya yang lain tak begitu memfokuskan bahasa inggris sebagai mata pelajaran yang diseriusi, mungkin salah satu alasannya karena bahasa inggris tak masuk dalam maple Ujian Nasional. Jujur, saya sebenarnya tidak 100% memahami Grammar, saya hanya mengandalkan intuisi saja yang membuat ilmu itu terus memudar seiring berjalannya waktu. Terutama diwaktu akhir-akhir masa SMA yang terus terang saya mulai malas belajar untuk UN. Namun beruntungnya saya masih punya semangat untuk membelajari soal-soal SNMPTN sehingga waktu itu Alhamdulillah saya masih bisa masuk PTN.

Agak meloncat-loncat memang, saya tak pernah menseriusi 1 bidang pasti untuk didalami sehingga semua ilmu yang saya punya hanya setengah-setengah saja. Namun dari kesemuanya itu adalah sekian sedikit hal yang bisa membuat survive dan merasa berguna. Untuk itu, kalian harus tetap berusaha menemukan apa yang membuat kalian merasa berguna. Jangan pernah lelah untuk mencoba seperti kata Pak Habibie, “Setiap orang punya jatah gagal, habiskan jatah gagalmu sewaktu muda, agar kamu bisa meraih kesuksesan secepat mungkin”.

0 komentar:

Posting Komentar