Kalau ini bukan akhir dunia, fenomena Corona (Covid-19)
sepertinya akan menjadi catatan sejarah tersendiri bagi dunia secara umum dan
bagi Indonesia secara khusus. Di Indonesia sendiri, terakhir kali Negara ini
mengalami krisis ekonomi yang hampir menghentikan semua aktifitas masyarakat
adalah Krisis tahun 98 (lihat dampak krisis 98 disini). Mungkin ini menjadi ke
2 kalinya setelah krisis 98 setidaknya dalam seperempat abad terakhir ini.
Namun, bapak saya yang seorang padagang yang memperoleh uang dari hari ke hari sudah benar-benar tak bisa berjualan lagi. Hal ini tentu berpengaruh ke saya juga mengingat adik saya juga sedang dalam proses akan masuk ke perguruan tinggi yang juga membutuhkan biaya tak sedikit.
Beberapa dampak paling kentara bagi masyarakat Indonesia
adalah per 24 April 2020 hingga batas waktu yang belum ditentukan sudah tidak
ada lagi moda transportasi umum yang beroperasi, baik itu pesawat, kereta, bus
semuanya sudah tidak beroperasi. Padahal ini sudah masuk bulan puasa dan
pemerintah sudah mewanti-wanti agar masyarakat yang berada di jabodetabek untuk
tidak mudik.
Meski saya merantau di jatim, sepertinya juga terancam tidak
bisa mudik karena dikhawatirkan menularkan keluarga yang ada di rumah dan
dibeberapa kota sudah ada polisi yang berjaga untuk mengembalikan warga yang
berniat mudik. Pun kalau sudah bisa kembali kesini harus dikarantina 14 hari
dahulu sesuai protokol penganganan corona yang gejalanya akan muncul dalam
rentang waktu 14 hari. Secara tidak langsung, pihak kantor juga sudah melarang
agar karyawannya tidak keluar kota dulu, bahkan Sidoarjo-Malang pun tak
diijinkan.
Selain itu, di Surabaya-Sidoarjo-Gresik sendiri sudah mulai muncul
SK Gubernur tentang pelarangan adanya kerumunan warga (berjualanb, beribadah
dll) dan diterapkannya jam malam antara jam 21.00-04.00 WIB dilarang keluar
rumah yang semakin membatasi gerak warga dan terutama berdampak besar pada
masyarakat kecil yang mencari makan dari hari ke hari karena sudah tak bisa
berjualan lagi.
Sebuah pilihan sulit karena kalau keluar rumah akan terancam
terpapar corona hingga membahayakan nyawa mereka sendiri. Pun kalau tidak
keluar juga bisa kelaparan karena tak mendapat uang yang biasanya hanya bisa
didapatkan dari hari ke hari. Tapi memang kondisinya seperti ini, semuanya
sudah saling curiga, mau memaksakan berjualan pun warga sudah ragu adanya
paparan corona dan lebih banyak memilih memasak sendiri. Situasi seperti ini
membuat perekomomian masyarakat mengengah kebawah hancur sehancur-hancurnya.
![]() |
| Kantor Tutup Karena Covid-19 |
Secara pribadi saya tak begitu terdampak karena kantor saya
saat ini yang bahkan sudah menerapkan semi WFH (Work From Home) masih bisa
survive walau banyak orderan yang tertunda namun belum ada karyawan yang ter-PHK
seperti pabrik-pabrik di sebelah yang memang tak bisa dipungkiri dalam masa
seperti ini daya beli masyarakat menjadi menurun drastis.
Namun, bapak saya yang seorang padagang yang memperoleh uang dari hari ke hari sudah benar-benar tak bisa berjualan lagi. Hal ini tentu berpengaruh ke saya juga mengingat adik saya juga sedang dalam proses akan masuk ke perguruan tinggi yang juga membutuhkan biaya tak sedikit.
Iya, karena hal ini membuat beberapa hari ini saya sendiri
tertekan seperti merasa apa yang saya usahakan dan semua kerja keras selama ini
belum mampu mengangkat derajat keluarga saya. Pun saya sadar telah mengecewakan
orang-orang disekitar saya karena tak bisa membantu banyak dan membantu
mewujudkan impian mereka. Diperparah kita tak bisa kemana-mana untuk sekedar
merefresh otak, lalu bagaimana caranya bisa survive dengan semua keadaan ini?
Ada sisi lain dari kasus ini yaitu brand-brand besar mulai
memberikan diskon besar-besaran dari 30%-70% agar produk mereka bisa laku
terjual dan mereka tetap bisa survive. Bagi masyarakat dengan gaji bulanan
mungkin akan menyambut dengan gembira, tapi untuk masyarakat menengah kebawah?
Sudah tidak ada yang lebih penting dari sekedar membeli makan. Dalam hal ini
peran pemerintah untuk memberikan bantuan bagi masyarakat menengah kebawah
tentu sangat diperlukan.
Cepat berlalu corona, lekas membaik Indonesia.




0 komentar:
Posting Komentar